Kamis, 01 Juli 2010

CPNS

Sebuah situasi yang tak kunjung pudar dan menghilang mana kala pemerintah ingin merekrut tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu adanya para guru yang meninggalkan (mohon pamit undur) pekerjaan sebagai guru SDS Sari Lestari di PT. SBK untuk mengadu nasib di tempat lain. Mereka masih tetap ingin menjadi guru dan memang itulah profesi mereka dan untuk itu pulalah mereka dididik dan ditempah demi membantu mensejahterahkan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Situasi seperti ini tentu amat memprihatinkan dan amat mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Dari satu sisi orang merasa bahwa hal ini tak perlu dirisaukan karena memang sudah menjadi hal yang lazim. Yang dipermasalahkan bukan “pamit undurnya” para guru tetapi akibat dari yang ditimbulkan dari hal itu.
Kenyataan ini berdampak pada situasi siswa, dalam mana mereka tidak konsen menerima pelajaran yang ditinggalkan oleh guru tertentu yang selanjutnya diambil alih oleh guru lain. Hal ini membutuhkan waktu bagi mereka untuk beradaptasi dengan guru yang walaupun sudah mereka kenal, tetapi hadir ke hadapan mereka dengan membawakan mata pelajaran yang berbeda. Alhasil, ada diantara mereka yang tidak menyukai guru tertentu untuk membawakan mata pelajaran yang ditinggalkan oleh guru yang telah “melambaikan tangan” sebagai tanda perpisahan. Akan tetapi guru yang sama mereka suka untuk membawakan mata pelajaran yang lain.
Hal ini disebabkan mereka telah merasa nyaman dan in dengan mantan guru bersangkutan. Semua ini berakibat pada semangat belajar mereka akan menurun. Mereka tidak mempersoalkan kemampuan dari guru, yang dipersoalkan adalah relasi kedekatan atau cara menyajikan materi.
Menghadapi permasalahan seperti ini siapakah yang harus menjadi kambing hitam? Apakah ini sebuah kesalahan pemerintah yang membuka lapangan pekerjaan dengan jaminan kehidupan yang lebih layak? Jika demikian pemerintah turut menciptakan kehancuran kehidupan kita yang telah nyaman. Apapun yang terjadi ini adalah sebuah keputusan yang harus diambil, mengingat di sana ada kans yang amat menjanjikan.
Aku pergi dengan harapan mendapat sesuatu yang lebih baik dari tempat sebelumnya. Ini tentu menjadi harapan semua orang, akan tetapi kenyataan dari harapan ini menjadi sesuatu yang tidak pasti. Untuk bisa membuat seseorang tetap pada keputusannya untuk meninggalkan kemapanan adalah ia harus membangkitkan keyakinan dan kepastian dalam hati bahwa ia menjadi orang yang amat layak mendapat satu posisi dari formasi yang ditawarkan.
Namun perlu dicatat bahwa sejarah sekian sering berjalan berlawanan dengan keinginan subyeknya. Saya keluar dari sini ingin menjadi seorang PNS, setidaknya nasibku lebih dari tempat sebelumnya ternyata semuanya sia-sia. Keinginan tinggal keinginan dan kenyataan berjalan bertolak belakang. Siapa yang salah? Apakah saya yang salah dalam mengambil keputusan atau pemerintah yang salah karena telah membuka peluang kerja yang menggiurkan saya? Semua telah berlalu tak ada yang harus dipersalahkan dan sekarang tinggal mengambil langkah baru untuk berusaha lagi menggapai kenyataan hidup yang telah sirna dan meraih kembali mimpi-mimpi yang telah dicuri dan dibawa pergi hembusan angin.
Semuanya sia-sia. Serasa aku membuang emas dalam genggaman dan ingin menggapai perak yang berada di tengah lautan. Dan ketika aku ke sana perak tersebut telah dihempas gelombang entah ke mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Neneku guruku