By : onejune
Kapankah hari kiamat itu tiba?
Apakah benar bahwa manusia dapat mengetahuinya?
Benar bahwa hari kiamat itu akan ada. Hampir semua agama mengakui tentang adanya kiamat bukan mengimani, namun semua orang tidak pernah bahkan tidak akan tahu kapan saatnya tiba. Hanya penguasa kehidupan itu sendiri yang tahu segala sesuatu. Sebab Dia yang memberi kehidupan dan hanya Dia pula yang mengetahui akhir dari kehidupan itu sendiri.
Bukan menjadi hal yang rahasia lagi bahwa sekian sering orang-orang tertentu yang menamakan dirinya para normal menyampaikan hasil ramalan mereka. Dengan berbagai cara mereka berupaya meyakinkan banyak pihak bahwa apa yang mereka katakan itu benar. Jadi kebenaran itu bersifat amat dipaksakan. Mereka menarik suatu kejadian yang belum pasti terjadi dikemudian hari dan seolah sudah dapat dilihat hari ini. Jadi ramalan itu sebenarnya hanya mencoba menciptakan kemungkinan dari ketidakmungkinan. Sifatnya mengganggu konsentrasi berpikir dan merasakan dari manusia tertentu. Ia dapat mendatangkan kebingungan, ketakutan, kepasrahan dan sejuta sikap lain yang siap menanti dengan perasaan was-was.
Beberapa hari terakhir ini kita dikejutkan dengan ramalan tentang hari kiamat. Ramalan ini dapat mendatangkan kecemasan dikalangan tertentu. Orang dapat saja mengambil keputusan yang bersifat dangkal hanya karena ketakutan akan hari kiamat. Keputusan itu diambil tidak lagi melalui proses berpikir yang matang, refleksi yang normal dan kesiapan diri untuk berani bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensinya. Menghadapi hal ini seorang teman pernah bertanya ”berhadapan dengan hari kiamat, apa yang kamu inginkan? Apakah mati sebelum hari kiamat atau menunggu hari kiamat”?
Pertanyaan ini membutuhkan sebuah permenungan pribadi yang cukup mendalam. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan tentang hari kiamat hanya Yang Kuasa mengetahuinya, sementara manusia hanya siap menjalaninya. Manusia tidak tahu tentang apa yang akan terjadi dengan dirinya pada hari esok. Pertanyaan ini seolah pernah dilontarkan dan dihayati oleh sekelompok orang di Amerika yang mengakui dirinya sebagai kelompok Aliran Hari Kiamat. Jawaban dari pertanyaan di atas telah menghantui kelompok ini yang dipimpin oleh David Koresh, seorang jenius. Kelompok ini amat memasrahkan diri dalam perasaan takut terhadap hari kiamat. Ketakutan ini menghantar mereka untuk menentukan satu hari yang disepakati
sebagai hari kiamat. Pada hari yang ditelah ditentukan itu mereka berkumpul di suatu tempat sambil mengadakan kebaktian bersama. Pada akhir kegiatan itu mereka membakar dirinya hingga tewas. Sebab bagi mereka hari itu adalah hari kiamat. Jadi mereka tidak lagi takut menantikan hari kiamat sebab mereka telah menentukan sendiri.
Berhadapan dengan hal di atas mama Lauren mendasarkan ramalannya dari film yang disutradarai oleh Roland Emerich yang mengatakan bahwa tahun 2012 tepatnya tanggal 21 Desember, merupakan tahun di mana dunia mengalami kiamat, akankah kita mengambil sikap seperti para penganut Aliran Hari Kiamat? Ataukah kita mengambil sikap yang lebih rasional dan fair yaitu menyiapkan diri secara matang dan menerima itu sebagai sebuah kenyataan hidup, bukan sebagai sebuah keterpaksaan yang dihiasi oleh sejuta perasaan takut. Mestinya kita bertanya dulu apa yang dipahami oleh mama Lauren dan Roland Emerich tentang hari kiamat? Karena semua orang tahu bahwa mereka bukan Tuhan. Dan ketika mengatakan bahwa mereka mengetahui secara pasti tentang hari kiamat berarti mereka merebut kemahatahuan dari tangan Tuhan dan sekaligus “menyamakan” diri dengan Tuhan secara sempit.
Ramalan tentang hari kiamat yang disampaikan melalui sebuah film yang disutradarai oleh Roland Emerich, yang belakangan ini telah merebut pasaran di Negeri Paman Sam bahkan dunia, telah menciptakan kecemasan mendalam. Namun Film tersebut hanya menceritakn tentang peralihan kehidupan yang akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 bukan kiamat sesungguhnya, karena masih ada kehidupan sesuadah itu. Menyikapi hal di atas muncul sebuah pertanyaan ‘dari manakah kehidupan itu dapat ada, jika semua telah punah?’
Secara logis dapat diketahui bahwa tidak semua mengalami kebinasaan dan ini berarti bukan kiamat. Jika terjadi perubahan radikal tentang kehidupan itu, berarti mungkin yang punah hanyalah orang-orang yang hidupnya tidak senonoh, moralnya bejat. Singkatnya yang punah hanyalah manusia yang selama hidupnya tidak menunjukkan hakekat kemanusiaannya. Jadi semua ini menggambarkan purifikasi atau katarsis (purify) atau pemurnian kehidupan manusia, dari yang jahat menjadi baik, dari yang bejat menjadi bermoral, dari yang jahanam menjadi sopan dan seterusnya.
Jadi gambaran tentang hari kiamat hanya merupakan jedah kehidupan bukan kepunahan kehidupan. Sebab dari kejadian itu masih ada orang yang selamat dan menciptakan kehidupan baru yang mungkin lebih menunjukkan hakekat kemanusiaan.
Untuk bisa sampai pada asumsi tentang hari kiamat, perlu juga kita mengetahui sutradara dari film tersebut. Ia adalah Roland Emerich seorang ilmuwan sain, yang sudah bertahun-tahun mendalami tentang keadaan dunia. Jadi sang sutradara sudah mengetahui situasi dunia termasuk segala kejadian pada tahun-tahun sebelumnya. Tidaklah heran jika dalam film ini terdapat bagian-bagian tertentu yang diambil dari film lain atau kejadian tertentu. Ini adalah sebuah cerita fiksi-sains atau rekaan berdasarkan pandangan seorang ilmuwan sains.
Menyambut gambaran tentang hari kiamat di atas, kita tidak perlu merasa ragu dengan kehidupan ini. Sebab sesungguhnya hal tentang kiamat adalah area kekuasaan Tuhan. Seorang peramal atau manusia lainnya boleh saja mengagungkan sejuta opini tentang hari kiamat akan tetapi semua itu sepenuhnya berada dalam genggaman tanggan Tuhan. Oleh Karena itu kita tidak perlu takut akan hal itu, yang perlu adalah memurnikan diri.
Ketika kita takut akan hari kiamat, secara implicit kita mengakui kebenaran opini atau ramalan tentang hari kiamat itu. Jadi pikiran kita akan selalu dirasuki dan dihantui bayangan tentang hari kiamat. Bisa jadi kita akan merasa hidup tidak bermakna lagi, karena hari kiamat hampir tiba. Kita menjadi ragu dengan kehidupan yang kita jalani. Semua ini bisa membawa kita mengambil keputusan seperti kelompok aliran sesat, dalam mana karena lamanya menantikan hari kiamat, akhirnya mereka sendiri yang menentukan hari kiamat. Ini hanya gambaran tentang orang yang skeptis dengan kehidupan. Hal yang paling penting adalah kita memaknai ramalan ini sebagai momen penyadaran bukan momen yang membangkitkan rasa takut, cemas dan semacamnya. Semua ini harus disikapi secara kritis-logis agamis.
Jangan takut
Lihatlah ini sebagai momen untuk merubah diri
Dengan itu kita hanya siap menghadapi segala sesuatu sesuai rencana Sang Pemberi Hidup
Kapankah hari kiamat itu tiba?
Apakah benar bahwa manusia dapat mengetahuinya?
Benar bahwa hari kiamat itu akan ada. Hampir semua agama mengakui tentang adanya kiamat bukan mengimani, namun semua orang tidak pernah bahkan tidak akan tahu kapan saatnya tiba. Hanya penguasa kehidupan itu sendiri yang tahu segala sesuatu. Sebab Dia yang memberi kehidupan dan hanya Dia pula yang mengetahui akhir dari kehidupan itu sendiri.
Bukan menjadi hal yang rahasia lagi bahwa sekian sering orang-orang tertentu yang menamakan dirinya para normal menyampaikan hasil ramalan mereka. Dengan berbagai cara mereka berupaya meyakinkan banyak pihak bahwa apa yang mereka katakan itu benar. Jadi kebenaran itu bersifat amat dipaksakan. Mereka menarik suatu kejadian yang belum pasti terjadi dikemudian hari dan seolah sudah dapat dilihat hari ini. Jadi ramalan itu sebenarnya hanya mencoba menciptakan kemungkinan dari ketidakmungkinan. Sifatnya mengganggu konsentrasi berpikir dan merasakan dari manusia tertentu. Ia dapat mendatangkan kebingungan, ketakutan, kepasrahan dan sejuta sikap lain yang siap menanti dengan perasaan was-was.
Beberapa hari terakhir ini kita dikejutkan dengan ramalan tentang hari kiamat. Ramalan ini dapat mendatangkan kecemasan dikalangan tertentu. Orang dapat saja mengambil keputusan yang bersifat dangkal hanya karena ketakutan akan hari kiamat. Keputusan itu diambil tidak lagi melalui proses berpikir yang matang, refleksi yang normal dan kesiapan diri untuk berani bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensinya. Menghadapi hal ini seorang teman pernah bertanya ”berhadapan dengan hari kiamat, apa yang kamu inginkan? Apakah mati sebelum hari kiamat atau menunggu hari kiamat”?
Pertanyaan ini membutuhkan sebuah permenungan pribadi yang cukup mendalam. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan tentang hari kiamat hanya Yang Kuasa mengetahuinya, sementara manusia hanya siap menjalaninya. Manusia tidak tahu tentang apa yang akan terjadi dengan dirinya pada hari esok. Pertanyaan ini seolah pernah dilontarkan dan dihayati oleh sekelompok orang di Amerika yang mengakui dirinya sebagai kelompok Aliran Hari Kiamat. Jawaban dari pertanyaan di atas telah menghantui kelompok ini yang dipimpin oleh David Koresh, seorang jenius. Kelompok ini amat memasrahkan diri dalam perasaan takut terhadap hari kiamat. Ketakutan ini menghantar mereka untuk menentukan satu hari yang disepakati
sebagai hari kiamat. Pada hari yang ditelah ditentukan itu mereka berkumpul di suatu tempat sambil mengadakan kebaktian bersama. Pada akhir kegiatan itu mereka membakar dirinya hingga tewas. Sebab bagi mereka hari itu adalah hari kiamat. Jadi mereka tidak lagi takut menantikan hari kiamat sebab mereka telah menentukan sendiri.
Berhadapan dengan hal di atas mama Lauren mendasarkan ramalannya dari film yang disutradarai oleh Roland Emerich yang mengatakan bahwa tahun 2012 tepatnya tanggal 21 Desember, merupakan tahun di mana dunia mengalami kiamat, akankah kita mengambil sikap seperti para penganut Aliran Hari Kiamat? Ataukah kita mengambil sikap yang lebih rasional dan fair yaitu menyiapkan diri secara matang dan menerima itu sebagai sebuah kenyataan hidup, bukan sebagai sebuah keterpaksaan yang dihiasi oleh sejuta perasaan takut. Mestinya kita bertanya dulu apa yang dipahami oleh mama Lauren dan Roland Emerich tentang hari kiamat? Karena semua orang tahu bahwa mereka bukan Tuhan. Dan ketika mengatakan bahwa mereka mengetahui secara pasti tentang hari kiamat berarti mereka merebut kemahatahuan dari tangan Tuhan dan sekaligus “menyamakan” diri dengan Tuhan secara sempit.
Ramalan tentang hari kiamat yang disampaikan melalui sebuah film yang disutradarai oleh Roland Emerich, yang belakangan ini telah merebut pasaran di Negeri Paman Sam bahkan dunia, telah menciptakan kecemasan mendalam. Namun Film tersebut hanya menceritakn tentang peralihan kehidupan yang akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 bukan kiamat sesungguhnya, karena masih ada kehidupan sesuadah itu. Menyikapi hal di atas muncul sebuah pertanyaan ‘dari manakah kehidupan itu dapat ada, jika semua telah punah?’
Secara logis dapat diketahui bahwa tidak semua mengalami kebinasaan dan ini berarti bukan kiamat. Jika terjadi perubahan radikal tentang kehidupan itu, berarti mungkin yang punah hanyalah orang-orang yang hidupnya tidak senonoh, moralnya bejat. Singkatnya yang punah hanyalah manusia yang selama hidupnya tidak menunjukkan hakekat kemanusiaannya. Jadi semua ini menggambarkan purifikasi atau katarsis (purify) atau pemurnian kehidupan manusia, dari yang jahat menjadi baik, dari yang bejat menjadi bermoral, dari yang jahanam menjadi sopan dan seterusnya.
Jadi gambaran tentang hari kiamat hanya merupakan jedah kehidupan bukan kepunahan kehidupan. Sebab dari kejadian itu masih ada orang yang selamat dan menciptakan kehidupan baru yang mungkin lebih menunjukkan hakekat kemanusiaan.
Untuk bisa sampai pada asumsi tentang hari kiamat, perlu juga kita mengetahui sutradara dari film tersebut. Ia adalah Roland Emerich seorang ilmuwan sain, yang sudah bertahun-tahun mendalami tentang keadaan dunia. Jadi sang sutradara sudah mengetahui situasi dunia termasuk segala kejadian pada tahun-tahun sebelumnya. Tidaklah heran jika dalam film ini terdapat bagian-bagian tertentu yang diambil dari film lain atau kejadian tertentu. Ini adalah sebuah cerita fiksi-sains atau rekaan berdasarkan pandangan seorang ilmuwan sains.
Menyambut gambaran tentang hari kiamat di atas, kita tidak perlu merasa ragu dengan kehidupan ini. Sebab sesungguhnya hal tentang kiamat adalah area kekuasaan Tuhan. Seorang peramal atau manusia lainnya boleh saja mengagungkan sejuta opini tentang hari kiamat akan tetapi semua itu sepenuhnya berada dalam genggaman tanggan Tuhan. Oleh Karena itu kita tidak perlu takut akan hal itu, yang perlu adalah memurnikan diri.
Ketika kita takut akan hari kiamat, secara implicit kita mengakui kebenaran opini atau ramalan tentang hari kiamat itu. Jadi pikiran kita akan selalu dirasuki dan dihantui bayangan tentang hari kiamat. Bisa jadi kita akan merasa hidup tidak bermakna lagi, karena hari kiamat hampir tiba. Kita menjadi ragu dengan kehidupan yang kita jalani. Semua ini bisa membawa kita mengambil keputusan seperti kelompok aliran sesat, dalam mana karena lamanya menantikan hari kiamat, akhirnya mereka sendiri yang menentukan hari kiamat. Ini hanya gambaran tentang orang yang skeptis dengan kehidupan. Hal yang paling penting adalah kita memaknai ramalan ini sebagai momen penyadaran bukan momen yang membangkitkan rasa takut, cemas dan semacamnya. Semua ini harus disikapi secara kritis-logis agamis.
Jangan takut
Lihatlah ini sebagai momen untuk merubah diri
Dengan itu kita hanya siap menghadapi segala sesuatu sesuai rencana Sang Pemberi Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar