Rabu, 30 Juni 2010

Menggenggam Bayangan

Menatap rembulan tak bercahaya, gelap menyeramkan

meraih mentari tertutup awam, samar dipandang mata

menengok kedipan bintang-gemintang indah menawan

tengah malam sunyi mencekam

Manusia telah lelap tertidur tak sadarkan diri

Seekor kelelawar terbang mencari makan ke sana ke mari

kembali semula perutnya penuh udara lapar tak tertahankan

Elang terbang mencari mangsa

Semuanya tiada, semua menghilang

Pulang menggendong kelaparan menggantung nyawa

Angin berhembus, halus berlalu, pelan beranjak melambaikan dedaunan pepohonan

Bening berlalu tak meninggalkan jejak

Tak kuasa ditatap mata, hanya rasa dapat diandalkan

Tak ingin dibelai pramuria

Sebongkah batu mati terpaku

Diam berada tanpa bicara pun sepatah kata

Kuat perkasa, laksana baja

Keras mendendam tak menyerah

Hanya menanti hujan membasahi

Meluluhkan badan, berdamai dengan tanah dan siap mengalah tanpa bicara


Putera menangis nasibnya sendiri

Puteri membelai harapan tak pasti

Semua menanti

Apakah yang akan terjadi……?

tapi……

Kapan penantian berbuah manis

Kapan penungguan berbungah melatih

Kita menanti tiada pasti

Menggenggam bayangan tak jelas

Menggendong impian layu, kaku, lemas terkulai

Pastilah badai

Menyergap kelaparan dan menguruskan badan

Datang menyerang dahaga, menyerbu nyawa

Jiwa terancam, hati gunda gulana

Siapakah bertanggung jawab…….?

Ajal datang

Bersiaplah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Neneku guruku