NTABAN: Kearifan Lokal Masyarakat
Dayak Banjur
Ntaban
adalah sebuah alat tradisional berbentuk menyerupai bubu. Alat ini dimanfaatkan untuk menangkap ikan. Salah satu hal
yang membedakan keduanya terletak pada proses penangkapan. Penangkapan ikan menggunakan
bubu harus diberi umpan di dalamnya
berupa buah singkong atau buah sawit matang. Sementara menangkap ikan
menggunakan ntaban tidak perlu diberi
umpan apapun di dalamnya. Menangkap ikan menggunakan ntaban merupakan kearifan lokal bagi masyarakat Dayak Banjur yang
tinggal di pesisir sungai khususnya di wilayah Ketungau Hilir.
Penangkapan
ikan menggunakan ntaban adalah cara
penangkapan ikan secara terseleksi. Artinya tidak semua ikan dapat ditangkap
menggunakan alat ini. Ia hanya dikhususkan untuk menangkap ikan yang berukuran lebih
besar dari cela atau jarak antara kayu ubah.
Kelemahan penangkapan ikan dengan cara ini adalah jumlah hasil penangkapan tidak
maksimal yakni hanya satu ekor. Hal ini dikarenakan pintu akan tertutup pada
saat ikan pertama masuk sehingga tertutup kemungkinan bagi ikan lain masuk ke ntaban yang sama. Besaran ntaban yang sering dibuat berukuran
diameter 20 cm dan panjang 1 meter atau sesuai dengan keinginan. Penangkapan
ikan dengan cara ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak egois dalam mengambil
hasil alam. Namun tidak banyak masyarakat yang masih bertahan menggunakan cara
ini. Kebanyakan dari mereka menggunakan jala, pukat dan yang lebih ekstrim
dengan dituba dalam menangkap ikan di sungai.
Untuk
dapat menghasilkan sebuah ntaban
perlu disiapkan bahan seperti: kayu ubah atau melaban
atau jengger berjumlah 21 batang , urat larak (akar larak) sebanyak 3 bantang dengan ukuran panjang masing-masing 63 cm,
wie seru’ (rotan seru’) 7
batang atau secukupnya, tali nilon 3
m, batu pemberat dengan ukuran 5-7 kg , kayu tuil (pengait) 30 cm sebanyak 1 batang, dan tali pancing yang disebut
runut dengan ukuran panjang 1 m.
Untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut
di atas tidak dibutuhkan perlakuan khusus atau ritus-ritus tertentu.
Jika
semua bahan sudah disiapkan, tahap pertama adalah rotan dibelah dan diraut
menjadi kecil dan halus dengan ukuran berkisar lebar 0,5 cm dan tebal 1-1,5 mm.
Hal ini dilakukan agar rotan menjadi lentur dan mudah dimanfaatkan sebagai
pengikat. Tahap selanjutnya adalah membuat lingkaran akar larak yang akan dimanfaatkan sebagai bingkai. Akar larak disiapkan tiga buah (bisa lebih
tergantung panjang ntaban). Ukuran lingkaran
akar larak antara yang satu dengan
yang lainnya tidak sama. Lingkaran akar larak
yang akan ditempatkan bagian tengah ntaban berukuran 20 cm dan ukuran lingkaran
akar larak yang akan ditempatkan bagian belakang ntaban berkisar 10 cm atau sesuai dengan
kebutuhan. Akar larak yang menjadi
bingkai pada bagian depan (pintu) ntaban berbentuk persegi panjang dengan
ukuran 15 x 30 cm atau sesuai dengan keinginan. Sementara bingkai akar larak pada bagian tengah dan belakang
berbentuk lingkaran. Tahap selanjutnya adalah mengikat kayu ubah pada bingkai
akar larak yang sudah disiapkan
menggunakan rotan seru’. Jarak antara
kayu ubah yang satu dengan yang
lainnya berkisar 3 cm. Hal yang perlu diperhatikan dalam cara mengikat adalah
rotan seru’ tidak diputuskan setiap
mengikat satu kayu ubah tetapi berlanjut mengikat kayu ubah berikutnya hingga kembali pada
ikatan pertama. Cara yang sama juga dilakukan pada akar larak bagian pintu dan bagian ujung ntaban. Agar pintu ntaban menjadi
lebih kuat maka akar larak yang
berbentuk persegi panjang diikatkan lagi pada bingkai kayu yang juga berbentuk
persegi panjang. Kemudian Ujung-ujung kayu ubah
(bagian belakang ntaban) disatukan
dan diikat sehingga terlihat bentuk ntaban
seperti sebuah kerucut. Tahap selanjutnya adalah pembuatan pintu ntaban. Ini dibuat secara terpisah. Pintu ntaban berbentuk persegi panjang dengan
ukuran berkisar 20 x 30 cm atau disesuaikan dengan bingkai pintu ntaban. Untuk memudahkan pintu terjatuh
maka diberi pemberat yaitu batu dengan berat berkisar 5-7 kg atau disesuaikan
dengan besar ntaban. Batu tersebut
diikatkan pada pintu ntaban. Pada
terakhir dibuat tali pengait pada
pintu ntaban dan kayu tuil untuk mengaitnya. Tali pengait yang
sering digunakan adalah nilon. Dari kayu tuil ke bagian dalam ntaban dihubungkan dengan sebuah tali pancing
yang sering disebut runut. Runut
ini akan tertarik saat digerakan oleh ikan sehingga kayu tuil pada tali gantungan dipintu akan
terlepas dan pintu akan terjatuh menutup ntaban,
maka ikan di dalamnya akan terperangkap. Pada prinsipnya ukuran ntaban tidak baku atau bisa disesuaikan
dengan keinginan pembuatnya.
Cara
memasang ntaban sangat penting diperhatikan. Sebelum memasang ntaban harus dibuat pagar. Pagar
dibuat pada tepi sungai. Pada bagian tengah pagar diberi lubang untuk memasang ntaban. Ukuran lubang pada pagar
disesuaikan dengan ukuran bingkai pintu ntaban.
Agar pintu menjadi tergantung maka kayu
tuil ditempatkan di atas pagar dan
mengungkit tali gantungan pintu. Akan terlihat bahwa kayu pengait di atas pagar
yang terletak di atas permukaan air. Untuk memudahkan pintu ntaban terjatuh maka dihubungkan tali runut dari kayu tuil ke dalam ntaban. Tali
runut dibuat tepat di tengah disentuhan oleh ikan yang masuk sehingga memicu tarikan
terhadap tuil dan pintu terjatuh.
Hasil pengamatan masyarakat
menunjukkan bahwa pada saat air pasang atau banjir, ikan yang berukuran kecil
akan hanyut ke hilir. Sementara ikan yang berukuran besar akan berenang melawan
arus menuju ke hulu melalui bagian tepi sungai. Oleh karenanya ntaban harus diarahkan ke hilir sungai saat
memasang di sungai sehingga ikan yang menuju ke hulu pada saat air pasang atau
banjir bisa terperangkap di sana. Tidak bisa dipastikan bahwa setiap kali
memasang ntaban ke sungai akan
mendapatkan hasil.
Penangkapan
ikan dengan cara ini adalah cara menjaga ketersediaan hasil alam khususnya di
sungai pada waktu yang akan datang. Selain itu juga mengajak manusia untuk
tidak serakah dan dengan tidak sewenang-wenang mengeksploitasi alam demi
menikmati hasil dalam waktu sesaat.
BIODATA
PESERTA LOMBA
NAMA : BENYAMIN PAGI, S.Fil
KELAHIRAN :
WOLOKOTA, 1 JUNI 1979
ALAMAT : JL. M. SAAD – GANG DARUSSALAM I – SINTANG
KONTAK : +62 821
5376 1862
UNIT KERJA : SD SWASTA SULUH HARAPAN SINTANG
ALAMAT SEKOLAH :
JL. MT. HARYONO – Gg. DAMAI
KELURAHAN KAPUAS KANAN HULU
KECAMATAN SINTANG - KABUPATEN SINTANG
TELEPON :
(0565) 21240
PELATIHAN :
PELATIHAN PENINGKATAN PROFESIONAL DAN
PEDAGOGI BAGI GURU SD
Oleh
Benyamin Pagi, S.Fil
Guru
SD Swasta Suluh Harapan Sintang
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar