Rabu, 30 Juni 2010

KATA ADALAH SENJATA

Dalam hidupnya manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain. Ada dua hal yang sangat umum dilakukan oleh manusia sebagi bentuk interaksinya yaitu kata dan aksi. Intesionalitas interaksi tersebut selalu berujung pada upaya membangun relasi harmonis bersama pihak di luar dirinya. Manusia ingin selalu tampil baik, jujur dan ingin memberikan apresiasi yang tulus dalam aksi dan kata. Berhadapan dengan adanya idealisme manusia yang terarah kepada keluhuran dan kebaikan kolektif, manusia tak bisa menepihkan adanya satu dan lain hal melahirkan situasi yang jauh dari harapan dan bayangan.

Pada level ini manusia mulai mengungkapkan rasa tidak puas, tidak menerima kenyataan, dan adanya upaya memberontak. Hal ini memang sangat rasional, karena manusia adalah makluk yang peka dan selalu mempunyai reaksi terhadap sesuatu. Pada titik ini, muncul persoalan: sejauh mana kita dapat bersikap professional dan dewasa dalam menerima kenyataan? Ungkapan penolakan terhadap situasi yang ada, merupakan sebuah anggapan sesuatu yang baru tidak harus seperti itu. Jika itu berhubungan dengan jabatan, maka ungkapan penolakan merupakan sebuah pemikiran yang menjagokan dirinya. “mengapa harus dia dan bukan saya” atau “dia sebenarnya tidak cocok dan saya adalah orang yang paling cocok pada posisi itu” atau kita mulai membangkitkan sebuah asumsi yang keliru tentang kemampuan orang tertentu. Bisa saja dilihat, dalam kasus tersebut di atas tidak difungsikan asas “the rigth man on the rigth place”, tidak menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Apakah ini benar…? Ah….ini kan hanya asumsi pribadi, yang merupakan ungkapan kecewa. Ya…..kan?

Secara logis, ketika kita menyatakan sesuatu yang lain tidak tepat, tidak cocok dan segala atribut yang menyatakan kesangsian kita, pada saat yang sama kita mengungkapkan secara implicit kepada kalayak bahwa yang cocok dan tepat adalah saya. Kata dan reaksi terlalu kaya untuk mengungpkan luapan perasaan kecewa. Sekian sering apa yang kita katakan dan buat, diformat sekian rapih dengan motivasi menyentil perasaan orang yang telah menungguli diri kita.

Seorang penyanyi, Amri Palu, dalam lagu yang berjudul terlajur basah, mengawaskan kita dalam berbicara, sebab kata itu lebih kejam dari membunuh. Dalam berbicara kalimat yang diungkapkan harus mempertimbangkan nilai rasa dan nilai arti bukan asbun. Ungkapan yang tidak terkontrol yang bisa memicuh reaksi negative pihak lain bisa amat mengganggu seseorang dalam melaksakan aktivitas kerjanya. Kata itu hanya enak di telinga akan tetapi menusuk di hati (kata Tommy Gunawan), karena ungkapan yang menggelikan itu dapat meruntuhkan semangat dan mematahkan niat serta menciptakan luka di kalbu.

Ungkapan yang melukai perasaan orang lain merupakan kudeta tingkat dasar. Entah sadar atau tidak hal itu berindikasi pada keinginan menduduki posisi tersebut. Ini bukan sesuatu yang baru sebab sejak dahulu manusia selalu berhadapan dengan upaya merebut kekuasaan dan sampai kapan pun kenyataan ini tak pernah akan berakhir. Mengapa hal serupa ini bisa terjadi…? Bisa jadi adanya pihak tertentu masih memakai pola lama dalam memandang sesuatu. Untuk itu harus membaharui pemikiran yang out of date dan mensinkronkan sesuai perkembangan zaman. Sebab semakin sering kita melakukan hal yang membuat orang ill feel, semakin jelas dan nyata kita menunjukkan jati diri sebagai orang yang tidak dewasa. Kita hanya hadir dan ada-tampil perkasa bermental anak.

Bukan saatnya kita mempersoalkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipersoalkan. Satu pertanyaan krusial yang harus dijadikan dasar pencarian tentang masalah di atas adalah “apa yang terjadi pada saya, sehingga saya tidak di situ?. Jika kita secara fair melihat diri di sana kita siap menerima kenyataan yang ada. Tidak perlu mengkambing hitamkan orang lain. Tetapi bawalah ke meja hijau diri kita sendiri dan adililah sendiri tentang diri kita. Puncak dari semua ini adalah berdamai dengan kenyataan yang ada dan we can accept anithyng.

We are one

We have make unity in our daily life

I believe…..

We can get anything

If we want to try out anything.

Who are trying anything

The someone is a win

Do you agree…..?

By. our

OBAT PINTAR


Suatu ketika seorang murid “SDS Harus Pintar” sebut saja namanya Goran merasa kesal dan jenuh untuk pergi belajar di sekolah. Walaupun demikian, toh setiap hari ia tetap berpamitan pada orang tuanya untuk berangkat ke sekolah. Namun rasa kesal dan bosan terus terbayang dalam pikirannya sehingga ia berbalik arah dan menghabiskan waktu di tempat lain ketimbang di sekolah. Goran merasa tersiksa selama belajar di sekolah alasannya hampir semua guru mata pelajaran mencemoohkan dia lantaran ia bodoh. Goran merasa para gurunya tidak mendukung dia dalam belajar, akan tetapi selalu meremehkan dia dan menganggap ia adalah orang yang paling bodoh di sekolah itu. Goran berpikir dari pada aku tersiksa selama berada di sekolah lebih baik aku mencari kesenangan lain di tempat lain. Seminggu telah berlalu Goran tak pernah nongol di sekolah.

Pada suatu kesempatan, orang tua mendapat kunjungan dari seorang guru. Tamu itu tidak lain adalah wali kelas dari Goran anak kesayangan mereka. Wali kelas itu mempertanyakan, apa alasan orang tua tidak mengizinkan

Goran untuk bersekolah di “SDS Harus Pintar”. Betapa kagetnya orang tua Goran. “Ternyata selama ini kita tertipu, bu!”. Kata ayah Goran kepada istrinya. Guru wali kelaspun bingung, lalu bertanya, apa sebenarnya yang telah terjadi pak? Mama Goran menyahut: “begini pak, sebenarnya selama ini anak kami Goran selalu pamitan sama kami hendak berangkat ke sekolah dan kami berpikir bahwa selama ini ia belajar seperti biasa di sekolah”. Dengan mata berkaca-kaca ayah Goran berkata: “anak ini merepotkan orang tua saja, akan ku beri pelajaran berharga buat dia”. “Pak tak boleh menyelesaikan masalah ini dengan perasaan emosi, sebab ini bisa berakibat Goran tidak ingin bersekolah lagi”, kata wali kelas.

Beberapa saat kemudian, dengan wajah yang ceriah Goran memberi ucapan “selamat siang pap-mam”. Sesaat berselang wajah Goran berubah menjadi lusuh dan malu-malu karena di balik pintu ia melihat wali kelasnya yang tengah menatapnya. “ayo duduk” kata ayahnya dengan suara agak membentak. “Nak, kemana sebenarnya kamu, ini gurumu mancari kamu, katanya sudah seminggu kamu nda ke sekolahan” Tanya ibunya. Goran terdiam. “jawab….., apa yang terjadi?” kata ayahnya. Dengan tertunduk malu Goran menceritakan semua hal yang membuat ia malas ke sekolah. “malu pap-mam, masa di hadapan semua teman, aku dianggap murid yang paling bodoh oleh hampir semua guru”. Sang wali kelas pun mulai mengerti bahwa Goran diobok-obok oleh para guru. Sang wali kelaspun pamit pulang setelah semuanya menjadi jelas.

Ayah Goran turut merasa malu, karena anaknya dianggap murid yang paling bodoh. Ia akhirnya mendatangi semua dukun untuk mencari obat pintar. Hampir semua dukun merasa tak mampu mengatasi masalah ini. Ayah Goran mendapat informasi dari temannya bahwa ada seorang dukun yang sangat terkenal. Semua masalah kalau ditangani oleh dukun tersebut pasti beres. Di suatu sore, Goran bersama ayahnya mendatangi dukun tersebut. Ayahnya menceritakan semua masalah yang dihadapai oleh anaknya Goran. “kalau masalah ini sih, gampang pak. Aku sudah menangani masalah ini sudah………, ya sepuluh kali” kata sang dukun. “Delapan dari mereka berhasil dan dua gagal. Itu dikarenakan anaknya yang nda mau” lanjut sang dukun dengan nada bangga. “Jadi pak dukun siap membantu anak saya? tanya ayah Goran. “saya harus siap demi masa depan anak bapak” kata pak dukun. “tapi berapa bayarannya?” Tanya ayah Goran. “Nda mahal pak, ya…..hanya 2,5 juta sekali datang”. Kata pak dukun. “Oke, aku siap, berapapun biayahnya, yang penting anakku tidak lagi dianggap bodoh dan lebih dari itu, bisa meraih masa depan yang lebih baik” kata ayah Goran. “Kalau begitu besok kita mulai dan sekarang aku harus mencari semua ramuan yang perlu” sambung pak dukun. “Baik kalau begitu, kami permisi pak” kata ayah Goran.

Sang dukun mulai bingung apa yang harus dibuatnya. Sebenarnya dukun tersebut amat membutuhkan uang dan tak mampu mengatasi masalah itu. Ia terus berpikir bagaimana caranya bisa meyakinkan orang. Secara terpaksa ia harus berbuat sesuatu agar bisa mendapatkan uang.

Keesokan harinya Goran bersama ayahnya mendatangi pak dukun. Pak dukun sudah siap, duduk bersila, sebuah tungku mini di hadapannya dengan apai yang sedang menyalah.” Selamat sore pak” kata ayah Goran. Pak dukun seolah-olah tak mendengar dan penuh konsentrasi besemedi. Goran bersama ayahnya langsung menuju ruangan di mana pak dukun berada. Pak dukun kelihatan amat tenang, penuh konsentrasi dan meyakinkan. Perlahan ia membuka mata dan tampak Goran bersama ayahnya sudah berada di hadapannya. “Selamat datang pak, aku sudah menunggumu lama” kata pak dukun. “maaf ya pak, terlambat datang” sahut ayah Goran.

“Pak nda sabaran lagi ni” kata ayah Goran. “Oke, kalau begitu kita mulai” sahut pak dukun. Pak dukun kembali mememjamkan mata, dan membaca kata-kata majis “otak berotak, nalar bernalar…………datanglah…datanglah pada Goran… bodoh pergi…bingung berlalu…pintar datang……hai otak bertotak……nalar bernalar. Matahari benderang bersinar, bulan purnama menerangi pikiran Goran,……pintar... pintar…pintar…” lalu pak dukun mengambil secarik kertas dan menulis rajin belajar supaya pintar, lalu membakar kertas itu. Sejenak setelah itu pak dukun terdiam dan kembali berkonsentrasi. Ia lalu membuka mata perlahan dan berjabatan tangan dengan Goran. “selamat ya nak, kamu pasti akan pintar, dan ingat kamu juga harus giat belajar” kata pak dukun. “terima kasih pak, aku janji akan giat belajar” sahur Goran.

Hal yang sama berlangsung selama sebulan, namun tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Goran semakin pintar, karena ia malas belajar. Ia hanya mengharapkan hasil kerja dukun. Nilai hariannya selalu di bawah nilai standar sekolah. Ayah Goran mulai gerah. Ia kembali mendatangi dukun itu dan meyampaikan kekecewaannya. Dengan nada dan suara yang tenang pak dukun mengatakan “ingat pak, keberhasilan belajar hanya bisa ditentukan oleh anak bapak sendiri, bukan saya…saya hanya membantu dan tanggung jawab penuh tetap berada di tangannya sendiri”. Ayah Goran terdiam…..”lalu bagaimana dengan uang yang telah saya bayarkan, akan tetapi nda’ ada hasilnya, pak” tanya ayah Goran dengan nada kecewa. “uang bapak adalah kelalaian anak bapak, uang bapak adalah kemalasan anak bapak, dan aku tidak bertanggung jawab apalagi mengembalikannya” sahut pak dukun dengan nada tegas.

Ayah Goran sangat kecewa, karena uangnya habis sementara anaknya tetap bodoh. Ketika ia hendak pulang, pak dukun menitipkan sebuah amplop kepada anaknya Goran yang isinya

JIKA INGIN PINTAR TIDAK ADA CARA LAIN SELAIN BELAJAR, MENDENGARKAN PENGAJARAN DARI GURU SECARA SERIUS bukan MENCARI DUKUN”……………

selamat belajar…… ya nak……. Jangan mengecewakan orang tuamu……….selamat belajar…kamu pasti bisa pintar………….

RAMALAN HARI KIAMAT

By : onejune
Kapankah hari kiamat itu tiba?
Apakah benar bahwa manusia dapat mengetahuinya?
Benar bahwa hari kiamat itu akan ada. Hampir semua agama mengakui tentang adanya kiamat bukan mengimani, namun semua orang tidak pernah bahkan tidak akan tahu kapan saatnya tiba. Hanya penguasa kehidupan itu sendiri yang tahu segala sesuatu. Sebab Dia yang memberi kehidupan dan hanya Dia pula yang mengetahui akhir dari kehidupan itu sendiri.
Bukan menjadi hal yang rahasia lagi bahwa sekian sering orang-orang tertentu yang menamakan dirinya para normal menyampaikan hasil ramalan mereka. Dengan berbagai cara mereka berupaya meyakinkan banyak pihak bahwa apa yang mereka katakan itu benar. Jadi kebenaran itu bersifat amat dipaksakan. Mereka menarik suatu kejadian yang belum pasti terjadi dikemudian hari dan seolah sudah dapat dilihat hari ini. Jadi ramalan itu sebenarnya hanya mencoba menciptakan kemungkinan dari ketidakmungkinan. Sifatnya mengganggu konsentrasi berpikir dan merasakan dari manusia tertentu. Ia dapat mendatangkan kebingungan, ketakutan, kepasrahan dan sejuta sikap lain yang siap menanti dengan perasaan was-was.
Beberapa hari terakhir ini kita dikejutkan dengan ramalan tentang hari kiamat. Ramalan ini dapat mendatangkan kecemasan dikalangan tertentu. Orang dapat saja mengambil keputusan yang bersifat dangkal hanya karena ketakutan akan hari kiamat. Keputusan itu diambil tidak lagi melalui proses berpikir yang matang, refleksi yang normal dan kesiapan diri untuk berani bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensinya. Menghadapi hal ini seorang teman pernah bertanya ”berhadapan dengan hari kiamat, apa yang kamu inginkan? Apakah mati sebelum hari kiamat atau menunggu hari kiamat”?
Pertanyaan ini membutuhkan sebuah permenungan pribadi yang cukup mendalam. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan tentang hari kiamat hanya Yang Kuasa mengetahuinya, sementara manusia hanya siap menjalaninya. Manusia tidak tahu tentang apa yang akan terjadi dengan dirinya pada hari esok. Pertanyaan ini seolah pernah dilontarkan dan dihayati oleh sekelompok orang di Amerika yang mengakui dirinya sebagai kelompok Aliran Hari Kiamat. Jawaban dari pertanyaan di atas telah menghantui kelompok ini yang dipimpin oleh David Koresh, seorang jenius. Kelompok ini amat memasrahkan diri dalam perasaan takut terhadap hari kiamat. Ketakutan ini menghantar mereka untuk menentukan satu hari yang disepakati




sebagai hari kiamat. Pada hari yang ditelah ditentukan itu mereka berkumpul di suatu tempat sambil mengadakan kebaktian bersama. Pada akhir kegiatan itu mereka membakar dirinya hingga tewas. Sebab bagi mereka hari itu adalah hari kiamat. Jadi mereka tidak lagi takut menantikan hari kiamat sebab mereka telah menentukan sendiri.
Berhadapan dengan hal di atas mama Lauren mendasarkan ramalannya dari film yang disutradarai oleh Roland Emerich yang mengatakan bahwa tahun 2012 tepatnya tanggal 21 Desember, merupakan tahun di mana dunia mengalami kiamat, akankah kita mengambil sikap seperti para penganut Aliran Hari Kiamat? Ataukah kita mengambil sikap yang lebih rasional dan fair yaitu menyiapkan diri secara matang dan menerima itu sebagai sebuah kenyataan hidup, bukan sebagai sebuah keterpaksaan yang dihiasi oleh sejuta perasaan takut. Mestinya kita bertanya dulu apa yang dipahami oleh mama Lauren dan Roland Emerich tentang hari kiamat? Karena semua orang tahu bahwa mereka bukan Tuhan. Dan ketika mengatakan bahwa mereka mengetahui secara pasti tentang hari kiamat berarti mereka merebut kemahatahuan dari tangan Tuhan dan sekaligus “menyamakan” diri dengan Tuhan secara sempit.
Ramalan tentang hari kiamat yang disampaikan melalui sebuah film yang disutradarai oleh Roland Emerich, yang belakangan ini telah merebut pasaran di Negeri Paman Sam bahkan dunia, telah menciptakan kecemasan mendalam. Namun Film tersebut hanya menceritakn tentang peralihan kehidupan yang akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 bukan kiamat sesungguhnya, karena masih ada kehidupan sesuadah itu. Menyikapi hal di atas muncul sebuah pertanyaan ‘dari manakah kehidupan itu dapat ada, jika semua telah punah?’
Secara logis dapat diketahui bahwa tidak semua mengalami kebinasaan dan ini berarti bukan kiamat. Jika terjadi perubahan radikal tentang kehidupan itu, berarti mungkin yang punah hanyalah orang-orang yang hidupnya tidak senonoh, moralnya bejat. Singkatnya yang punah hanyalah manusia yang selama hidupnya tidak menunjukkan hakekat kemanusiaannya. Jadi semua ini menggambarkan purifikasi atau katarsis (purify) atau pemurnian kehidupan manusia, dari yang jahat menjadi baik, dari yang bejat menjadi bermoral, dari yang jahanam menjadi sopan dan seterusnya.
Jadi gambaran tentang hari kiamat hanya merupakan jedah kehidupan bukan kepunahan kehidupan. Sebab dari kejadian itu masih ada orang yang selamat dan menciptakan kehidupan baru yang mungkin lebih menunjukkan hakekat kemanusiaan.




Untuk bisa sampai pada asumsi tentang hari kiamat, perlu juga kita mengetahui sutradara dari film tersebut. Ia adalah Roland Emerich seorang ilmuwan sain, yang sudah bertahun-tahun mendalami tentang keadaan dunia. Jadi sang sutradara sudah mengetahui situasi dunia termasuk segala kejadian pada tahun-tahun sebelumnya. Tidaklah heran jika dalam film ini terdapat bagian-bagian tertentu yang diambil dari film lain atau kejadian tertentu. Ini adalah sebuah cerita fiksi-sains atau rekaan berdasarkan pandangan seorang ilmuwan sains.
Menyambut gambaran tentang hari kiamat di atas, kita tidak perlu merasa ragu dengan kehidupan ini. Sebab sesungguhnya hal tentang kiamat adalah area kekuasaan Tuhan. Seorang peramal atau manusia lainnya boleh saja mengagungkan sejuta opini tentang hari kiamat akan tetapi semua itu sepenuhnya berada dalam genggaman tanggan Tuhan. Oleh Karena itu kita tidak perlu takut akan hal itu, yang perlu adalah memurnikan diri.
Ketika kita takut akan hari kiamat, secara implicit kita mengakui kebenaran opini atau ramalan tentang hari kiamat itu. Jadi pikiran kita akan selalu dirasuki dan dihantui bayangan tentang hari kiamat. Bisa jadi kita akan merasa hidup tidak bermakna lagi, karena hari kiamat hampir tiba. Kita menjadi ragu dengan kehidupan yang kita jalani. Semua ini bisa membawa kita mengambil keputusan seperti kelompok aliran sesat, dalam mana karena lamanya menantikan hari kiamat, akhirnya mereka sendiri yang menentukan hari kiamat. Ini hanya gambaran tentang orang yang skeptis dengan kehidupan. Hal yang paling penting adalah kita memaknai ramalan ini sebagai momen penyadaran bukan momen yang membangkitkan rasa takut, cemas dan semacamnya. Semua ini harus disikapi secara kritis-logis agamis.

Jangan takut
Lihatlah ini sebagai momen untuk merubah diri
Dengan itu kita hanya siap menghadapi segala sesuatu sesuai rencana Sang Pemberi Hidup

Menggenggam Bayangan

Menatap rembulan tak bercahaya, gelap menyeramkan

meraih mentari tertutup awam, samar dipandang mata

menengok kedipan bintang-gemintang indah menawan

tengah malam sunyi mencekam

Manusia telah lelap tertidur tak sadarkan diri

Seekor kelelawar terbang mencari makan ke sana ke mari

kembali semula perutnya penuh udara lapar tak tertahankan

Elang terbang mencari mangsa

Semuanya tiada, semua menghilang

Pulang menggendong kelaparan menggantung nyawa

Angin berhembus, halus berlalu, pelan beranjak melambaikan dedaunan pepohonan

Bening berlalu tak meninggalkan jejak

Tak kuasa ditatap mata, hanya rasa dapat diandalkan

Tak ingin dibelai pramuria

Sebongkah batu mati terpaku

Diam berada tanpa bicara pun sepatah kata

Kuat perkasa, laksana baja

Keras mendendam tak menyerah

Hanya menanti hujan membasahi

Meluluhkan badan, berdamai dengan tanah dan siap mengalah tanpa bicara


Putera menangis nasibnya sendiri

Puteri membelai harapan tak pasti

Semua menanti

Apakah yang akan terjadi……?

tapi……

Kapan penantian berbuah manis

Kapan penungguan berbungah melatih

Kita menanti tiada pasti

Menggenggam bayangan tak jelas

Menggendong impian layu, kaku, lemas terkulai

Pastilah badai

Menyergap kelaparan dan menguruskan badan

Datang menyerang dahaga, menyerbu nyawa

Jiwa terancam, hati gunda gulana

Siapakah bertanggung jawab…….?

Ajal datang

Bersiaplah.

Neneku guruku